Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein

GANBARUZO'S STAFF

Anggota Ganbaruzo Fansubs :

1. Arby-kun, sebagai translate Checker dan uploader.
2. M.Junaidi, sebagai translator I.
3. Fatjri Aden, sebagai translator II.
4. Ulquiorraa Shintarou, sebagai webmaster,encoder dan video editor.

Bagi yang ingin bergabung, dapat mengirimkan data dirinya ke email kami di ganbaruzo.fansubs@gmail.com

Anime Summer Tahun 2011

List anime ini merupakan semua list anime yang bakal ditayangkan di jepang pada musim summer tahun 2011, tepatnya pada bulan Juli 2011. Dan ada dari beberapa list anime dibawah ini yang bakal menjadi project kami untuk menterjemahkan ke subtitle indonesia. Untuk itu, kami mohon dukungannya, agar pekerjaan kami berjalan dengan baik.

Blood C

Merupakan salah satu anime musim summer 2011, dan anime ini sendiri menceritakan seorang gadis penjaga kuil bernama "Saya Kisaragi", dan dia dipercaya oleh ayahnya untuk menggunakan kekuatan pedang keramat. Dengan kekuatan tersebut, ayahnya menugaskannya untuk membunuh Elder Bairn yang dapat mengancam penduduk sekitar.


Senin, 28 November 2011

BeCAUSE I’M STUPID

Lho?? Kok saya bikin fic humor lagi sih??

Yasudah, baca aja XDD

xxXXxxXXxx


Pada tanggal 09, bulan 09, tahun 2009, tiga anak muda berkumpul di sebuah taman untuk membahas suatu hal yang konyol.

“Sasuke, bagaimana tugasmu?” tanya Sakura pada Sasuke yang dari tadi terlihat melamun.

“Sudah.” jawabnya singkat.

Sakura memandang ke arah Naruto. “Kalau kau Naruto?”

“A..a..” Naruto terlihat panik. “Tuga—“

Belum selesai Naruto berbicara langsung dipotong Sasuke. “Hah, mana mungkin si baka itu menyelesaikan tugasnya!” tukasnya ketus.

“Hei, apa maksudmu?!” Naruto mengepal kedua tangannya.

“Kalau tahu begini mestinya…” tambah Sakura.

“Tidak kesini, dan pergi bersama Karin, jalan-jalan, dan nonton, dan liburan, dan rileks, dan putar-putar desa, dan cuci mata, dan…” sambung Sasuke.

“Cukup. Kau tak usah memperolok-olok Naruto begitu. Memang dia tak sehebat kau, tak sebrillian kau, tak sepopuler kau, tak serajin kau, dan tak sekaya kau…”

“Cukup. Tak usah kau mengejek begitu. Berkata menyanjung-nyanjung, tetapi menjatuhkan, menghina, meremehkan, memandang rendah, me…”

“Cukup, tak u…”

“Cukup. Kau…”

Naruto menghela nafas. “Sudah. Setiap kali bertemu, begini. Di sekolah, di kantin, di rumah Kiba, di rumah Guru Kakashi, di rumah…”

“Sudah. Kau juga sama saja. Marah selalu. Di sini, di sana, dan…” sewot Sakura.

Sasuke mulai kesal. “Kau juga mulai lagi. Masalahnya itu apa? Tidak asal ngomong, asal…”

“Diam!” bentak Naruto.

Semuanya diam sejenak dan beberapa jenak..

“Ini jadi…” Sasuke angkat bicara.

“Diam. Naruto bilang apa? Masak nggak dengar bahwa Na…” tambah Sakura.

“Diam, Sakura. Kalau kau terus-terusan begitu, berkeringat tanpa guna, padahal…” lanjut Naruto.

“Kau juga ngomong melulu. Nggak konsekuen itu namanya. Absurd. Buat larangan dilanggar sendiri. Huh, dasar…” Sasuke tak mau kalah.

“Kau mulai lagi. Komentar itu secukupnya. Tidak ngelantur ke sana sini…”

“Diam, Sakura, diaaaam!”

“Kau juga diam dulu, jangan menyuruh melulu, nggak memberi contoh…”

“Kau sendiri mesti diam dulu, baru yang lain itu, Naruto!”

Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama.

“Lalu?” tanya Sasuke.

“Kalau begini, kita kerjakan tugas masing-masing! Aku akan mencari pekerjaan sendiri!” ujar Sakura mantap.

“Oke, siapa takut?” jawab Sasuke sama mantapnya.

“Kalau begitu, beranikah kalian bertaruh siapa yang minggu depan belum mendapatkan pekerjaan harus menerima hukuman?” tantang Naruto.

“Setuju!”

“Aku juga!”

Mereka akhirnya pergi menghambur sendiri-sendiri.

xxXXxxXXxx

Sakura memasuki sebuah kantor berhiaskan papan bertuliskan Devisi Anbu.

Sesampainya di dalam, ia mendapati Naruto sudah ada di ruang tunggu. ‘Oh, ternyata dia juga melamar pekerjaan disini?’ batin Sakura.

Tanpa basa-basi, Sakura hanya memincingkan sebelah matanya dan pergi berlalu tanpa menghiraukan Naruto.

“Permisi, saya mau melamar pekerjaan.” kata Sakura setelah sampai di meja resepsionis.

“Oh iya, silakan tinggalkan data diri anda dan jangan lupa datang besok pagi untuk mengikuti tesnya.” jawab petugas itu ramah.

Sakura kemudian meninggalkan meja resepsionis dan bertemu Sasuke yang baru saja keluar dari toilet.. ‘Oh tidak.. Sasuke juga disini rupanya?’ batin Sakura.

Ia melihat Sakura, tersenyum simpul, dan pergi begitu saja.

xxXXxxXXxx

Keesokan harinya saat tes dimulai..

Naruto, Sasuke, dan Sakura duduk bersebelahan.

“Baiklah para peserta, ini tes ANBU tahap pertama, silakan kerjakan soal tertulis ini dengan teliti dan hati-hati.” jelas Guru Kakashi.

“Siap.” kompak anak-anak..

--TES ANBU TAHAP PERTAMA—

Menjawab soal tertulis..

1) Apa kepanjangan dari ANBU?

Sakura langsung menjawab dengan feelingnya. “Ansatsu Senjutsu Tokushu Butai.”

Sasuke pakai mikir bentar. “Anjingku Seakan Terbang.” jawab Sasuke sok tahu.

“Apa ya?” Naruto bingung. “Angkatan Babu!”

2) Apa nama planet yang kita tempati?

“Pluto!” jawab Sasuke yakin.

“Bumi dan bintang.” Sakura ragu-ragu.

“Mumi.” jawab Naruto yang nyontek Sakura tapi cuma dapet ‘umi’, alhasil ditambahin aja jadi mumi.

3) Berapa hasil 5565,987 x 543,098 -1231 + 34% : 2333?

Sakura ngitung dengan kecepatan jarinya “555555,123.”

Sasuke nyontek jawaban Sakura pakai sharingannya “555555,123.”

Naruto mikir sekuat tenaga. “0.” Jawabnya pasti.

4) Kenapa para ANBU bisa mati?

“Udah dari sononya kali.” jawab Sasuke ngasal.

“Harus mati, kalau nggak mati berarti nggak ada kesempatan buat kita untuk jadi ANBU.” jawab Sakura optimis.

Sementara Naruto masih pingsan gara-gara ngitung matematika tadi.

5) Siapa itu Lee Min Ho?

Naruto bersemangat. “Aku tahu!” teriaknya.

Sasuke dan Sakura yang ‘rada pintar’ saja tidak tahu jawabannya. Masak Naruto tahu? Akhirnya Sasuke dan Sakura memutuskan untuk mencotek Naruto.

“Gak tahu.” jawab Naruto pada lembar jawaban.

“Gak tahu.” Sasuke menyontek Naruto.

Sakura ikut-ikutan, “Gak tahu.”

“Yak, waktu habis, silakan mempersiapkan diri untuk tes tahap kedua.” seru Guru Kakashi.

xxXXxxXXxx

--TES ANBU TAHAP KE-DUA—

Mewawancarai ninja di Konoha ..

Sasuke memilih Sai untuk diwawancarai.

“Sai, ada waktu?” tanya Sasuke pada Sai.

Sai hanya tersenyum.

“Boleh wawancara?”

Sai tersenyum lagi.

“Apa senjata yang paling ampuh menurutmu?” tanya Sasuke.

Lagi-lagi Sai tersenyum.

“Hei, bisakah kau berhenti tersenyum??” bentak Sasuke emosi.

“Lha senjataku cuma senyum kok!” tukas Sai.

Sasuke jadi malu sendiri. Pundung di pojokan.

--

Sementara Sakura memilih Ino untuk diwawancarai.

“Hai Ino,” sapa Sakura.

“Hei Sakura,” balas Ino.

“Darimana nih?”

“Ah biasa, shopping, mumpung ada barang baru.”

“Oh ya??”

“Iya, lihat nih bajuku bagus kan?” pamer Ino.

“Aku kemaren juga habis belanja kok.”

“Mana?? Buktinya pakaianmu masih itu-itu saja.” sindir Ino.

“Huh, maksudmu apa sih??!” Sakura emosi.

“Maksudku kau orang udik!” cibir Ino.

“Uugh!” Sakura menarik rambut Ino kasar.

“PLAK!” Ino menampar Sakura.

Sakura yang nggak trima membalas menampar “PLAK!”

Akhirnya terjadi tampar menampar “PLAK-PLAK-PLAK!!”

--

Sedangkan Naruto, memilih Chouji..

“Chouji, my man!” sapa Naruto sok akrab.

“Nyam-nyam-nyam.”

“Boleh bertanya?”

“Tanya apa?”

“Sehari kau habis makanan berapa porsi?” tanya naruto.

“Ya tergantung, kalau lapar bisa sampai 9 kg perhari.”

“Busset..” Naruto kaget.

“Kalau boleh tahu, siapa saja sih temanmu? Kok sepertinya kau selalu sendiri?”

“Ini temanku, ada yakiniku, ramen, salad, ampau, bakpao, dan sebagainya..” rincinya panjang lebar.

GUBRAK!

xxXXxxXXxx

--TES ANBU TAHAP TERAKHIR—

Tugasnya gampang, mereka hanya disuruh berdialog spontan..

Naruto : “Oh, Sakura.. kau cantik seperti..”

Sasuke : “Kodok!”

Sakura : “Apa??”

Naruto : “Bu-bukan aku yang bilang, tapi Sasuke!”

Sasuke : “Aku hanya menyampaikan kalimat si baka ini!”

Naruto : “Apa maksudmu??”

Sasuke : “Ya kau baka.”

Naruto : “Kalau aku baka lalu kau apa?”

Sakura : “Tolol!”

Sakura : “Hei, cari mati ya kalian?”

Naruto : “Lagi nggak mood nemenin kamu main mati-matian nih!”

Sasuke : “Grrr..”

Sakura : “Lagian aku juga bisa bangkitin orang mati kok, wekk.”

Sasuke : “Huh.”

Sakura : “Sasuke.. maukah kau menerima cintaku?”

Sasuke : “Tidak.”

Sakura : “Kenapa??”

Sasuke : “Kau jelek!”

Sakura : “Lalu?”

Sasuke : “Bersama si baka ini saja! Kalian akan jadi pasangan idiot.”

xxXXxxXXxx

Akhirnya hari yang dinanti-nanti tiba ..

--PENGUMUMAN HASIL TES—

Naruto : IQ NYRUNGSEP

Sasuke : IQ JEBLOK

Sakura : diatas Sasuke sedikit.

Berdasarkan data diatas, kami MENERIMA orang tersebut sebagai JASA CLEANING SERVIS di ANBU.

Terimakasih.

Beberapa komentar untuk Naruto, Sasuke, dan Sakura :

“Naruto, dasar anak gagal! Susah-susah aku memasukkan kyuubi ke dalam tubuhmu agar kau cepat terkenal, sekarang kau malah mengecewakanku!” kritik Yondaime.

“Dasar bodoh! Kau tak lihat apa? Kakakmu ini menjadi pemimpin ANBU!! Malu aku punya adik sepertimu yang cakep, keren, pintar, dan cantik (?)” ujar Itachi.

“Tidaaak!! Repot-repot aku merampas uang di bank untuk membiayaimu, hasilnya.. Sakura, kau benar-benar tak bias dipercaya. Huh, saat seperti ini aku hanya percaya pada uang.”tambah Kakuzu yang entah nongol darimana.

xxXXxxXXxx

Haduh.. maaf ya kalau deskripsinya kurang X3

Review ya? X3

Sayonara ^^,

AKATSUKI NGAMBEK ATAU GARA-GARA TOBI

Karakter Utama : The akatsuki

Theme : komedi

"Oh My godness, masak uangku Cuma segini, aku kan mau beli boneka baru buat koleksi, gmana caranya coba." Kata sasori dengan sekaget-kagetnya sambil memeriksa dompetnya yang terbuat dari kulit rusa..(?)... .

Deidara :"Iya, tabungan gue juga udah ludes, padahal gue mau beli kacamata baru."

Itachi hanya melirik sinis pada deidara.

Kisame :"apa deidara, kacamata?"

Deidara :"oops keceplosan, maksudku tanah liat, stock abis neh heheh."

Sasori :"Apa kita minta uang tambahan sama ketua saja ya?"

Deidara :"Ketua lagi pergi kamping ma konan."

Zetsu :"Oh iya, semua urusan keuangan diserahkan pada kakuzu, segala kebijakan keuangan dipegang oleh kakuzu."

Sasori :"Ah yang bener?"

Deidara :"wah gawat tuh, kakuzu kan pelit."

Itachi berkata dengan sinis :"Kalian kok jadi ngegosip sih, kalian seperti anak perempuan saja." Begitu kata itachi sambil berlalu pergi.

Deidara :"woi, enak banget lu bilang gitu, gue tau lu sentimen pribadi kan ama gue, awas lu gue ledakin pake c4!" kata deidara sambil berteriak.

Anggota akatsuki yang laen memegangi deidara,...

Itachi yang berlalu berkata dalam hati :"Gue gak takut, kan tadi lu bilang stock tanah liat lu udah habis, gmana mau pake c4 coba...hhe."

Kakuzu datang menghampiri anggota akatsuki yang lain.....

Kakuzu :"Teman-teman, aku ingin memberikan informasi."

ALL :"apaan tu?"

Kakuzu :"Seperti yang kalian ketahui ketua kita pergi kamping bersama konan, sebelum berangkat ketua meninggalkan catatan kecil ini, dalam catatan ini dikatakan pembagian piket, hari senin yang piket Itachi dan Kisame, Selasa : Deidara dan sasori, Rabu : Hidan dan...., hidan piket sendirian!, Kamis : Tobi, Jumat,sabtu ,minggu libur. Ingat bagi siapa yang kebagian piket pada hari itu, harus membersihkan markas sebersih-bersihnya."

Hidan :"Heh...?,, gue kok piket sendirian?, lu ngapaen?"

Kakuzu :"Gak tau, di catatan tertulis seperti ini, aku hanya menjalankan perintah."

Hidan :"Sini, bawa gue gak percaya, biar gue yang baca."

Kakuzu tidak menjawab perkataan hidan, bahkan kakuzu mengalihkan pembicaraan :" Oiya, karena ketua pergi gw yang akan mengambil alih masalah keuangan, karena kas organisasi mengalami defisit, gw menetapkan aturan pajak baru, pajak kas organisasi naik 100 %....."

All :"Apa... emoh,... !"

"lu aja yang bayar pajak sendiri!" kata deidara dengan berteriak kepada kakuzu."

"iya gue udah gak ada duit!" timpal sasori

"Ini kan demi kepentingan organisasi kita, uang itu nantinya akan gw pakai untuk membeli persediaan makanan, membeli ini....itu....."

Hidan berkata dalam hati :"Perasaan gue beli nasi goreng pake uang sendiri."

"AH ,sudah... jangan membantah... kalian bera...."

Tulalit...tulalit... tulalit... tiba-tiba ponsel baru kakuzu berbunyi.

"Halo, oh... tukang kredit rumah, iya,iya..... sekarang gue lagi gak ada duit nanti yah klo gue dah ada duit gue bayar dah kreditan gw...Oke...Dah." Kata Kakuzu

"Whatzzz,... hape baru... kredit rumah..." kata hidan dengan wajah keheranan

Anggota akatsuki yang lain, mulai gaduh, mulai berisik, mulai mempertanyakan kebijakan keuangan kakuzu yang baru.....

"Ah udah,.. jangan banyak tanya..." mulai besok kebijakan ini mulai berlaku." Kata kakuzu. Setelah memberikan info kakuzu langsung pergi.

"hah, apaan, info gak penting!" teriak deidara.

"Eh teman-teman aku curiga kalau uang kita dipakai kakuzu buat kepentingannya sendiri." Tambah sasori

Hidan :"Pasti tu!"

Kisame :"Kita mogok ja yuk,.. ngambek,... jangan mau bayar kas, jangan mau piket."

Hidan : "Setuju!"

ALL :"Setuju!"

Keesokan harinya :

"Apaan nie, markas kok kyk kapal pecah!" kata kakuzu sambil keheranan, sekarang kan hari selasa, harusnya deidara dan sasori yang piket."

Sekonyong-konyong perhatian kakuzu tertarik pada secarik kertas berwarna merah terang dan bertuliskan :"KAMI MOGOK, KAMI NGAMBEK,.. LUE KERJAIN AJA SEMUANYA SENDIRI....ttd Akatsuki, Ketua panitia : Deidara, wakil ketua : Sasori, seksi perlengkapan : hidan, seksi dekorasi : itachi, kisame....

Kakuzu berkata dalam hati :"apaan ni, emang penting ya, mogok kerja aja kok isi susunan organisasi..."

Tiba-Tiba dari arah pintu terdengar ada yang berteriak...

"Hoi... Kami Pulang!" ternyata yang berteriak Konan...

"Aku juga... senangnya sampai di rumah!" teriak tobi juga (....?)

"Apaan nie, markas kok jadi kyk kapal pecah." Tambah Konan

"HoreEE... ketua kembali...kita selamat...!" Teriak Deidara dan Sasori bersamaan.

"Ada apa ni?" kata konan

Itachi pun menjelaskan yang terjadi pada konan dan pain....

Konan :"o jadi begitu ya,... , tapi bukan aku yang memutuskan, pain ..bagaimana?"

Pain :"Huh!", pain hanya berkata dengan ketus dan wajah yang cemberut.

Kisame :"Ketua... kok dari tadi ketua cemberut mulu?"

"Oya ketua kok bisa pulang sekarang, kan katanya mau kamping selama 1 minggu?" Tanya kakuzu sambil berkeringat dingin...

Itachi berkata dalam hati :"Kok bisa ada tobi dengan mereka?"...

Pain :"Ah..! Sudah... satu-satu donk nanyanya, gue kan punya otak Cuma satu!" bentak pain dengan wajah yag menakutkan.

All Akatsuki termasuk Tobi berkata dalam hati :"Gue juga punya otak Cuma satu, lu pikun kali ya lu kan punya otak 6."

Pain :"Kalian pasti berpikir aku pikun ya."

All berkata dalam hati :"Kok dia bisa tahu?"

Pain :"Ya, iyalah, gue gak mungkin pikun, gak mungkin gue lupa gue akan pergi kamping 1 minggu."

All (masih) berkata dalam hati :"Viuh, untung dia gak tau yang sebenernya gua pikirin..huahahahah."

Pain :"Ah. Udah pokoknya ini semua gara-gara tobi!"

Tobi :"Heh,.. kok gara-gara gue sie...?"

Pain :"Ya.. lu ganggu aja , gue kan mau dua-duaan ma konan...buyar dah rencana gue!" (sebagai tambahan ternyata pain keceplosan ngomongnya)

Konan melirik ke arah pain dengan wajah sinis+menakutkan (bisa dibayangin gak gmana tu) :"Jadi lu ngajak gue kamping Cuma untuk itu, lu bilang ada misi penting, jadi lu boongin gua???!!!"

Pain :"Yaikzzz... gue lari aRRGHHH!!!"

All akatsuki member melihat ketua mereka kejar-kejaran dengan konan.

Kakuzu menepuk tanda lega :"Akhirnya.. gue slamat juga, gue kira gue mau dihukum sama ketua."

Semua akatsuki member melihat kakuzu dengan wajah yang menakutkan.

Itachi :"Sebaiknya kita aja yang beri pelajaran si kakek tua ini."

"Okkke" kata semua anggota akatsuki dengan lantang, dan langsung menyiapkan segel tangan untk mengeluarkan jutsu masing-masing

Tiba-tiba dari arah belakang berteriak...ternyata yang berteriak tobi , dia sedang membaca catatan yang mogok kerja dari akatsuki.!

Tobi :"Woii... senpais... lagi mogok ya.. ikutan....Tobi jadi koordinator seksi acara ya!

Semua anggota akatsuki berteriak :"Tobi..Kau....."

Deidara :"Musnahkan Tobi juga ......!"

Hidan, kisame, sasori, zetsu, itachi berteriak bersama-sama kepada deidara :"Enak aja lu perintah-perintah gue..!"

Deidara :"Gue kan Ketuanya!!!un...."

Hidan, Kisame, sasori, zetsu (berpikir dulu, kemudian dijitak oleh itachi) mengangguk tanda setuju....

Duaaarrrrr......Blam......Blam.. .. . . .Blam... . . . . . .

Seketika itu gua (markas akatsuki) pun hancur berantakan......

Deidara :"Sial lu semua,....curang ah... lu semua pada bisa mengeluarkan jurus, gue aja yang bisa, kan tanah liat gue abis...

Itachi tertawa ngakak :"...."

AAAKKHH!!

Suasana pagi itu aman, tenang dan nyaman. Beberapa anak lelaki berdiskusi seru tentang video game yang baru keluar di Rental. Para gadis asyik bergosip mengenai drama cinta yang sedang hangat-hangatnya dipasaran. Beberapa siswa dan siswi lainnya asyik berpacaran, menikmati indahnya dunia.

Oke, mungkin suasana tidak sedamai itu. Dipojokan kelas, tampak dua orang insan yang bukannya mensyukuri kebaikan Tuhan, malah bermain game F1. Manusia yang dikenal masyarakat bernama Uzumaki Naruto dan Rock Lee.

“Tiga, Dua, Satu—“ Naruto berkonsentrasi penuh pada PSP digenggaman tangannya. “Jah!” Teriaknya kecewa. “Dasar mobil ketinggalan zaman!”

“YES! AKU MENANG!!” Lee menari kesetanan dibangkunya, tangannya mengacungkan PSP dengan gaya Sang Juara. “Nggak mungkin loe ngalahin master kayak gue, Nar! SEMANGAT MASA MUDA!”

“Akkh! Gue kalah lagi!” Teriak Naruto frustasi. Seraya mengacak-ngacak rambutnya untuk yang keseratus kalinya, ia men-deathglare Lee. “Curang loe Lee! Tanding ulang!”

“Baka. Dobe.” Gumam seorang pemuda berambut acak-acakan dan berkacamata tepat ditelinga Naruto. Sambil berjalan menuju kursinya, masih sempat ia mengecup pelan bibir gadis berambut pink yang duduk di depan Naruto, membuat gadis itu memerah.

Naruto tadinya hendak membalas, namun urung melihat guru Kimia dan Sains mereka sudah memasuki kelas. Pria berumur sekitar dua puluh lima tahunan, dengan rambut keperakan-bukan-uban XD dan mata kelam. Menaruh tasnya di meja guru, pria bermata sewarna background Adobe Photoshop CS itu menatap seisi ruangan dari balik meja. “Anak-anak, masukkan tabel periodik dan semua buku kalian yang berkaitan dengan kimia!” Perintah Kakashi. “Hari ini kita ulangan.”

Mendengarnya, kontan seluruh murid langsung melotot—beberapa dari mereka bertukar pandang ngeri. Melihat itu, Kakashi hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
“Tenang saja. Sensei cuma akan mengetes kalian mengenai apa yang telah kita pelajari selama ini. Tes Lisan” Kakashi berkeliling dari meja ke meja, mengabsen mereka. “Hyuuga, apa kepanjangan dari lambang unsur Xe dan berapa nomor atomnya?”
“Li-Lima puluh empat, Sensei—“ Jawab Hinata ragu-ragu. “Kepanjangannya Xenon...”
“Haruno, berapa nomor atom unsur Oksigen dalam Golongan VIA?”
“Delapan, Sensei!” Seru Sakura sambil tersenyum manis, membuat pria bermasker ini sempat klepek-klepek sebelum mendapatkan deathglare dari Sasuke yang membuatnya menelan ludah. “Uchiha!” Serunya. “Berapa nomor atom H?”
“Satu, Sensei—“ Sahut pemuda berkacamata tanpa frame itu dengan bosan. “Ada digolongan IA, berupa gas, muatannya +1 atau -7 dan konfigurasi elektronnya 1s1.” Tambahnya cepat saat melihat Kakashi menggerakkan bibirnya, hendak mengajukan pertanyaan serupa.

Kakashi membelalakkan mata sesaat sebelum menanyai Shikamaru—pemuda ini sedang tertunduk di mejanya, antara sadar atau tidak sulit dibedakan—“Nara, apa bentuk ikatan molekul senyawa dari AX4E?”
“Irregular tetrahedral, Sensei—“ Shikamaru menggeliat kecil. Takjub, pria berambut perak ini mengalihkan perhatiannya pada Naruto, yang sudah gemetaran sedari tadi. “Uzumaki, apa lambang unsur untuk perak?”
.
“Pe-Pe-Pe—Sensei—“ Jawabnya takut-takut.

Segera, seisi ruangan itupun tertawa.
“Pe? Bukan Ag, Naruto?” Timpal Chouji dari seberang ruangan, membuat pemuda rambut spike ini nyengir kecil, malu. “Sejak zaman kapan juga, perak jadi Pe?”
Tak terima dipermalukan, Naruto balas berteriak, “Berisik loe!” Dibelakang Chouji, Hinata menenggelamkan wajahnya ke tas. Samar-samar terdengar tawa perlahan.
“Na-Naruto-kun—“
Kakashi mengerjapkan mata. “Uzumaki—“ Ia memandang pemuda itu dengan sorot mata geli. “Kau sudah hafal isi Tabel Periodik?”

“Table? Meja Periodik, Sensei? Emang ada?” Tanya Naruto polos, yang sukses membuat kelas itu ditenggelamkan riuh rendah tawa para siswa—bahkan Sasuke juga—ia menenggelamkan wajahnya dibalik lipatan tangan sambil tertawa cekikikan. Kakashi sweatdropped.
“Anak-anak, tenang, tenang—“ Kakashi melambaikan tangannya ke seluruh penjuru ruangan—Tawa terhenti. “Nah, Uzumaki—“ Ia mengacungkan tabel periodik kimia yang diambilnya dari meja yang bersangkutan—“Hafalkan ini, dan besok kau akan Sensei tes mengenai unsur-unsurnya! Bisa?” Naruto melongo.
“Tapi, Sensei—“ Belum sempat Naruto memprotes, bel telah berbunyi.

XDDD

“Kuso! Kenapa cuma gue yang dikasih tugas beginian?!” Omel Naruto keras saat hendak menyuap sendokan ramennya yang pertama. “Cuma salah hafal unsur saja?”

Sakura nimbrung. “Bukan salah Kakashi-Sensei, Naruto—“ Ia membuka bungkusan bekalnya yang berisi hamburger saus pedas—gadis itu mengernyitkan dahi, tanpa ragu membuangnya ketempat sampah, dan lebih memilih untuk mencomot bekal Sasuke yang hanya berisi 2 buah onigiri tomat—“Kakashi-Sensei cuma ingin kau bisa—“

“Hinata-chan nggak bantuin aku, sih!” Naruto menatap cemberut pada gadis bermata lavender yang duduk disampingnya ini. “Aku kan nggak bisa—“
“Na-Naruto-kun—“
“Payah loe, Nar.” Ucapan ini sukses membuat Naruto mendelik pada si pemilik suara yang sekarang sedang menggigit tomatnya—cuma tomat—yang lainnya sudah dimakan Sakura. “Masa perak saja nggak tahu? Sudah jelas namanya Argentum!”
“Apa loe bilang? TEME!” Bantah Naruto pedas. “Loe enak, dapat yang gampang dari Kakashi-Sensei! Siapa juga yang nggak tahu tentang Hidrogen?”
“Loe—“
Sakura menengahi pembicaraan. “Sudah, sudah—“ Ia menempelkan jarinya ke bibir pemuda berambut raven pacarnya itu, menyuruhnya diam. “Naruto—Mau kuajarin?” Gadis ini tersenyum manis.
Mata Naruto berbinar-binar. “Sa-Sakura—“
Sasuke menyela cepat. “Loe ntar punya tugas di Klub Lukis kan, Sakura?” Ia menatap Sakura dengan tatapan ‘Bilang-aja-iya’ dan ‘Ntar-kalau-loe-bilang-iya-gue-kasih-hadiah’ Sakura menyerah, tak kuat menahan godaan pada tatapan yang terakhir.
“Te-Teme!” Naruto berseru jengkel. Sekarang, ia menatap Hinata penuh permohonan—“Hinata-chan—“
Hinata tak berani membalas pandangan itu. “Na-Naruto-kun—“ Bisiknya lirih. “Maaf, aku—“
Naruto manyun. “Ah, masa gue aja yang harus ngafalin ini seh?” Teriaknya sewot. “Loe-loe pada jahat semua!”
Sayangnya, Naruto berteriak di tempat yang salah. Mendengar itu, beberapa kakak kelas memberikan tatapan membunuh.

>o

A Pervert

Siapa yang tidak kenal Naruto? Ninja hyperaktif tempat bernaung Mas Kyuubi yang bercita-cita menjadi Hokage? Ah… Yang telah berhasil menjadi Hokage, meski sebelum pelantikan harus ada acara caci-maki perihal gelar Hokage ke-tujuh yang ia anggap kurang keren dibandingkan gelar Hokage ke-enam.

Makin jauh sudah posisinya dari Gaara yang jadi Kazekage ke-lima.
Padahal Gaara tidak lari-lari keliling kampung mengumumkan cita-citanya, atau pake tambahan ‘dattebayo!’, atau punya jalan ninja yang AMPUH, atau berlatih bersama dua guru yang… mesum.

Tapi, siapa jualah dirinya sehingga mampu menyebut orang lain mesum? Naruto sadar ia juga termasuk anggota grup itu.
Grup yang menyenangkan. Daerah magangnya sering berkisar di onsen –wanita-. Sebagai Hokage, Naruto harus membagi waktunya dengan baik dan juga harus ekstra berhati-hati, Bukan berita bagus bagi siapapun mengetahui Hokage-nya anggota gank mesum.

Pertemuan dengan Ero-Sannin adalah bagian yang paling ia tunggu.
Ero-Sannin punya mata yang bagus, incarannya pun oke punya.

Tapi, tidak untuk kali ini. See? A big no-no.
Hari ini bukan onsen, bukan kali, bukan pantai, bukan danau, bukan waduk, apa lagi sumur. Intinya, bukan tempat sejenis itu, melainkan tempat bernaungnya salah satu klan terhormat di Konoha.

Hyuuga Compound.

Dari semua tempat yang ada harus Hyuuga Compound. Tidakkah Ero-Sannin tahu bahwa tempat ini di isi ratusan pengguna byakugan? Mereka bisa ditangkap dan dibunuh kapan saja.
Terlalu berlebihan. Ia dan Ero-Sannin tidak akan tertangkap semudah itu. Ok, sebenarnya letak permasalahan bukan pada tempatnya, tapi targetnya. Kalau orang lain ia tidak perduli, asalkan jangan yang itu. Karena ITU bagiannya sendiri! Bukan untuk dibagi-bagi!

“Kenapa jaketnya belum dibuka? Ayo, buka. Bukaaaaa.” Bisik Jiraiya, gregetan.

Naruto menahan diri untuk langsung me-rasengan gurunya saat ini juga. Ia lalu kembali fokus pada seorang gadis yang sedang berlatih taijutsu di traing ground milik Hyuuga sambil harap-harap cemas. Jangan sampe jaketnya dibuka. Jangan sampeeee.

Naruto kemudian membetulkan posisinya yang tengkurap di atas atap bangunan Hyuuga yang berdiri megah, mencari posisi yang lebih nyaman namun tetap tidak terlihat. Jiraiya berada di sebelahnya, mata tak lepas dari gadis yang sekarang mulai berkerigat, di tangan kirinya sebuah pensil dan tangan yang lain memegang buku.

“Semakin panas. Sebentar lagi pasti dilepas.” Ujar Jiraiya semangat dengan senyum-senyum mesum.

Naruto bernafas keras. Kini, ia berharap hujan segera turun membasahi Konoha. Dengan begitu, kecil kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Ia berkonsentrasi sekali lagi pada gerakan gadis itu. Lembut, anggun, tapi mematikan. Rambut indigo menari mengiringi setiap gerakan yang ia lakukan, matanya menunjukkan kemauan keras, keringat membasahi leher jenjangnya, lalu---

Naruto nosebleed.

“Gehe… Fantasi indah, Naruto?” Goda Jiraiya. Senyumnya melebar, memasang wajah aku-tahu-apa-yang-kau-pikirkan.

Naruto mendengus, merona karena tertangkap basah namun tidak bicara lebih lanjut. Terlalu merepotkan. Ia punya tugas yang lebih besar.

“Sayang ya jaketnya belum dilepas?” Tambah Jiraiya.

Naruto memberikan satu death glare ke arah belakang kepala Jiraiya atas komentarnya tadi. Ia justru berharap jangan sampai dilepas. Kalaupun mau dilepas, tunggu waktu yang pas. Saat Jiraiya atau pengganggu jenis manapun tidak ada dan yang ada hanya dirinya. Nah, itu baru bagus!

Ia rindu masa-masa ketika hanya dirinya seorang yang menjadi pengintip. Begitu damai… Ia bisa menikmati semuanya dengan tenang. Sekarang? Jangan ditanya. Ia teralu sibuk melindungi si gadis dari mata-mata nakal.

Sebenarnya, ini memang ada unsur kesalahannya. Ia keceploson ngomong tentang gadis yang punya tubuh aduhai dari Hyuuga berinisial H. Kalo bukan karena keasyikan dengan deskripsinya yang sempurna, Naruto mungkin akan berhenti sampai di situ. Namun, apa daya, mulutnya tidak mau berhenti hingga nama si gadis terbongkar.

Dan para pervert itu punya ingatan yang bagus.

Mereka berusaha mati-matian mencari tahu apa yang tersembunyi di balik jaket lavender tebal sementara Naruto mati-matian menyembunyikan apa yang ada di baliknya. Sungguh peperangan yang menguras darah, keringat, dan air mata. Sialnya, si korban tidak menyadari hal tersebut.

“Jaketnya hampir dilepas!” Seru Jiraiya tiba-tiba.

Naruto menoleh cepat, menimbulkan bunyi mengerikan dari tulang-tulang lehernya yang bergemeretak. Bola matanya membulat menyaksikan tangan mulus Hyuuga Heiress perlahan naik menyentuh resleting jaketnya. Tangan itu berhenti, hanya diam tak bergerak di tempat semula.

************************

“Jaketnya hampir dilepas!” Seru Jiraiya tiba-tiba.

Naruto menoleh cepat, menimbulkan bunyi mengerikan dari tulang-tulang lehernya yang bergemeretak. Bola matanya membulat menyaksikan tangan mulus Hyuuga Heiress perlahan naik menyentuh resleting jaketnya. Tangan itu berhenti, hanya diam tak bergerak di tempat semula.

Naruto mengucapkan kata syukur begitu Hyuuga Heiress melepaskan tangannya dari resleting disusul dengan penyesalan Jiraiya, kemudian gadis itu duduk sebentar, mengambil handuk kecil untuk mengelap keringat disekitar wajahnya. Ia mengipasi wajahnya yang memerah ditimpa cahaya matahari dengan tangan kanannya selama beberapa menit, menstabilkan nafasnya yang memburu usai sesi latihan kemudian duduk diam tak bergerak.

Naruto menghembuskan nafas lega. Selesai sudah. Tidak ada yang
perlu ia takutkan. Seharusnya, menurut jadwal, sehabis ini si gadis akan langsung masuk ke kamarnya untuk beristirahat sejenak dan meracik ramuan-ramuan khas Hyuuga.

Jadi pengintip ternyata berguna juga. Ia bisa tahu jadwal gadis itu secara lengkap.

Mission complete.

Naruto nyengir “Ne, Ero-Sannin.” Katanya, menepuk pundak Jiraiya keras “Mau bagaimana? Kali ini gagal. Kita cari target yang lain saja. Aku mau ke Ichiraku Ramen.”

Jiraiya tak bergerak. Binocular masih tetap digunakan. Naruto melanjutkan “Menyerah saja.”

Jiraiya menyuruh Naruto diam dengan satu kibasan tangan “Shhh… Liat, hampir dilepas.”

Naruto mendesah “Ero-Sannin, sudah. Masih banyak wanita yang lain. Jaketnya tidak mungkin dilepas. Pulang saja.” Naruto menoleh berbalik menghadap arah target “Lihat. Dia masih menggunakan ja—”

Semua bagai hitam-putih, bersatu dalam ke-lebayan slow motion pada detik-detik bersejarah ketika tangan Hyuuga Heiress meraih resletingnya. Naruto memekik tertahan, ekspresi horror terpampang jelas. Jangan! Jangaaaaan!!

Tangan kiri sang Heiress membawa resletingnya turung perlahan… 2 cm… 4 cm…

Naruto mulai menggigiti kukunya. Berhenti!
Jiraiya tersenyum semakin lebar.

5 cm…

Aku mohon! Berhenti!

6 cm…

8 cm….
-
-
-
“TIDAAAAK!” Teriak Naruto, kontan berdiri dari posisi tengkurap ala putri duyungnya di atas atap bangunan Hyuuga. Jubahnya berkibar ditiup angin, ekspresi wajah? Silahkan buka manga Naruto chapter 430 hal 1 saat Naruto akan maju ke medan pertempuran melawan Pein.

Aku akan menyelamatkanmu, Hinata-Chan!

Niat mulia Naruto ia wujudkan dengan langsung melompat turun, membawa Hinata yang tampak bingung namun merona dalam dekapan dua lengan kekarnya. Ia melompati pagar beton super tinggi yang dibangun mengelilingi kediaman Hyuuga, menapaki cabang tiap pohon, lalu mendarat di daerah yang menurutnya ‘Bebas Ancaman’.

Ia mulai mempertimbangkan untuk menugaskan ANBU untuk mengatasi masalah ini. Hey! Keselamatan calon pemimpin Klan juga menjadi tanggung jawabnya kan?

“N-Naruto-kun…”

Mendengar suara yang ia kenal baik, Naruto menghentikan segala hal yang hilir mudik di dalam otaknya, menatap Hinata lurus pada matanya.

Dua tangan Naruto berada di masing-masing bahu Hinata, mencengkeram erat. Menangkap wajah Hinata yang seolah tanpa dosa, ia jadi merasa kesal. Ia menarik nafas panjang, bersiap untuk sebuah start dari ceramah tanpa thema khusus yang mengalir begitu saja dari mulutnya.

“Baiklah.” Katanya “Ada apa dengan jaketmu?! Ini tipis, terlalu pendek! Tidak menutupi tubuh dengan sempurna. Terlalu ketat! Tidak sopan. Sudah kadaluarsa! Cari jaket yang lain! Yang lebih tebal, lebih panjang, lebih longgar. Jangan seperti ini! Aku akan minta Shino membuatkan ratusan jaket untukmu. Ya…ya… Shino… Shino…” Naruto manggut-manggut atas pernyataannya sendiri “Lagi pula, siapa yang mengizinkanmu memakai jaket seperti ini? Hyuuga-sama pasti sudah gila. Mulai sekarang, pakaian apa yang kau gunakan harus mendapat izin dari Hokage!”

Naruto melihat Hinata lagi untuk mengetahui reaksinya. Ia mendecak sebal begitu melihat Hinata –sudah sangat merah- mengamati jaketnya beberapa kali, kemudian takut-takut menatap Naruto penuh tanya. Ia merasa tidak ada yang salah dengan jaketnya. Ini jaket yang sama yang ia gunakan sejak menginjak remaja. Tidak pernah berubah. Malah teman-teman sesama kunoichi-nya menyarankan untuk meninggalkan jaket yang mereka anggap membuat Hinata tampak gemuk.

Naruto melanjutkan “Menurutmu tidak ada yang salah. Menurutku jaket itu sangat salah.”

Hinata makin memerah.

Naruto membahas topik baru “Dan celana panjangmu. Bukan. Bukan celana panjang. Pendek. PENDEK! Bagaimana bisa kau memakai celana sependek ITU!” Jari telunjuk Naruto mengacung ke arah kaki Hinata yang hampir ke-seluruhannya dibalut kain biru tua “Sangat terbuka. Ini bisa mendatangkan pikiran-pikiran buruk! Cari yang lebih pantas. Yang lebih panjang. PANJANG, bukan PENDEK! Aku akan memerintahkan seseorang membuatkannya. Aku akan memerintahkan…” Naruto mengernyit, memikirkan siapa orang yang bisa ia mintai tolong.

Lima menit berlalu tanpa hasil. Ia tidak menemukan seorangpun yang mampu. Kebanyakkan shinobi memakai jenis celana yang sama seperti Hinata. Sedangkan kunoichi sudah ia coret dari awal. Naruto mendengus sebal. Biru laut berbinar begitu teringat satu nama “Gaara! Aku akan minta tolong pada Gaara!”
Hinata ingin pingsan sekarang juga.

“Tidak.” Naruto menatap kaki Hinata lama. Senyum mesum muncul. Naruto menggeleng, fokus! “Yang dipakai Gaara tidak cocok untukmu. Menurutku masih tidak sopan. Harus lebih longgar. Kalau begitu… Akan kubuatkan sendiri!”

22-juli-2009

Kejadian besar : Hyuuga Hinata mencapai rekor baru dalam keahlian untuk memerah setiap saat.

“T-tapi… kenapa?” Tanya Hinata, berhasil menemukan suaranya yang sempat hilang.

“Karena tidak ada yang boleh melihatmu dalam keadaan seperti itu. Hanya aku! Hanya aku yang berhak!!” Jawab Naruto pasti.

Dan Naruto belum selesai dengan ceramah panjangnya “Satu lagi! Jangan pernah berlatih di tempat terbuka. Kau tidak tahu? Itu sangat berbahaya! Mulai sekarang, berlatih di tempat yang tertutup, yang tidak berpotensi memperbolehkan adanya pengintip!” Lalu dia sendiri? “Kecuali Hokage…”

“N-Na-Naruto-kun…”

“…karena Hokage perlu mengetahui sampai di mana kemajuan shinobi-shinobi Konaha!” Naruto ngeles dengan sukses.

“Y-yang tadi i-itu…”

“Oh,ya! Kamu kan calon Pemimpin Klan, Hinata-Chan, sedangkan aku Hokage. Aku rasa kita perlu lebih sering bertemu! Maksudku, ada banyak hal yang perlu kita bicarakan. Sangat banyak sehingga akan memakan banyak waktu kita berdua. Jadi…”

“…apa k-kau baru saja m-memintaku menjadi… uhm… i-is-istrimu?”

“…kita akan menghabiskan waktu bersama!!” Naruto mengerjap. Hinata bilang…? “Huh?”

Hinata mengeluarkan suara yang terdengar seperti jeritan kecil, membekap mulutnya sendiri, lalu berbalik sehingga yang dapat Naruto lihat hanya punggungnya. Naruto bisa menebak Hinata sedang memainkan kedua jarinya.

Naruto terdiam, memiringkan kepalanya ke samping sembari berpikir.

Tadi apa yang Hinata katakan? Kalau tidak salah… Naruto blushing.

Memangnya dia bilang apa sampai-sampai Hinata bisa mencapai kesimpulan itu? Kan dia hanya bilang…

Menyadari apa yang baru ia katakan, wajah merah Naruto kini menyaingi wajah merah Hinata.

“B-bukan! Tentu saja tidak! Tidak mungkin!! Eh.. Mungkin? Gyaah! I-i-iya… Err… hehe.” Naruto salting, menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Suatu kebiasaan yang tetap ada walaupun ia telah berada pada kedudukan tertinggi di Konoha.

“Ehem… Mau tidak?” Tambah Naruto. Sungguh cara melamar yang tidak romantis.

Ia meraih pinggang ramping Hinata, membuat Hinata kini berbalik menghadapnya. Entah rasa percaya diri yang datang dari mana, Naruto menekan “Hmm??” sembari mengelus lembut rambut Hinata.

Hinata menunduk kemudian mengangguk “I-iya.”

Pelukan Naruto mengerat “Terima kasih!! Terima kasih! Ok. Kita akan punya anak berapa? Aku mau sepuluh! Makin ramai, makin bagus. Atau dua puluh?”

Ini sudah berlebihan bagi Hinata. Maka ia-pun pingsan. Di dalam pelukan Naruto.

“Hinata-Chan? Hinata-Chan!” Naruto mengguncang-guncangkan tubuh Hinata “Kenapa harus pingsan di momen penting?”

Naruto mendesah. Ia lalu membawa tubuh Hinata di bawah bayangan sebuah pohon besar, menyandarkannya dan duduk di sebelahnya.
Sulit dipercaya. Ia akan segera menikah! Naruto terkekeh, membelai lembut pipi Hinata. Setelah itu memberikan satu kecupan kecil.

Ia terus mengamati wajah Hinata. Wajah damai-nya seolah hidup yang ia miliki begitu sempurna, ketenangan yang dimiliki… Naruto terkekeh lagi melihat bibir pink Hinata. Satu ciuman tidak apa-apa kan?

Dan ia menunduk, mendekatkan bibirnya ke bibir Hinata namun berhenti beberapa detik untuk tersenyum tulus, mensyukuri apa yang telah ia dapatkan… Wanita yang ia cintai… Naruto semakin mendekat.

Tepat ketika bibirnya akan menempel dengan bibir Hinata, raungan keras terdengar.
-
-
-
“UZUMAKI NARUTO!! HOKAGE MESUM! KAU APAKAN PUTRIKU?!”

Raung Hiashi yang mencengkeram Jiraiya (babak belur) tapi masih sempat-sempatnya melambai. Dibelakangnya Hyuuga Neji menyeringai sadis. Tidak beberapa jauh darinya ada seorang Hyuuga lain.
Dan Hyuuga lain.

Dan Hyuuga lain. Hyuuga lain. Hyuuga lain. Hyuuga lain. Hyuuga lain. Hyuuga lain. Hyuuga lain.
Stop! Terlalu banyak untuk dihitung.

Naruto berjengit “Hyuuga-sama ini tidak seperti yang anda bayangkan!”

“NARUTOOOO!!” Raungan keras kali ini berasal dari Neji, menjadi aba-aba bagi setiap Hyuuga untuk memulai ‘urusan’ mereka. Raugan begitu keras yang melewati 5 negara besar…
-
-
-
Di suatu tempat di sekitar hutan Otogakure, Sasuke yang sedang mendiskusikan rencana penyerangan bersama Tim Hebi-nya merasakan sisi kemanusiaannya bangkit. Ia menangkupkan tangan di depan dada, berdo’a dan diakhiri dengan,

Semoga kau tenang di alam sana, Dobe.


~~END~~
:-D

The Miracle For Utau

The Miracle For Utau

***

-Disclaimer-

Shugo Chara! © Peach Pitt

***

Hoshina Utau X Souma Kuukai

Special For Black Day

Happy Reading

***

Dulu, Utau hanya bisa tersenyum, tertawa, bahagia, bila Ikuto ada di sampingnnya. Karena ia terlanjur mencintai Ikuto, walau Ikuto adalah saudara kandungnya.

Namun, tidak bagi Ikuto.

Ikuto justru pergi dan menjelajah dunia sendiri, ia tidak pernah ingin ada orang yang masuk ke dalam masalah yang di hadapinya—yang mau tak mau melibatkan nyawa orang itu. Tapi, Ikuto membuka hati pada gadis itu, Hinamori Amu. Hinamori Amu yang hanya gadis biasa, yang akhirnya justru menyelamatkan hidup Ikuto.

Utau berusaha menerima semua itu dengan lapang dada. Ia tahu, bukan dirinya yang menyelamatkan Ikuto, tapi Amu. Ia tahu, bukan dirinya yang ada di saat Ikuto butuh bantuan, tapi Amu. Ia tahu, bukan dirinya yang mengobati Ikuto bila dia terluka, tapi Amu. Utau tahu benar akan hal itu, ia juga benar-benar tahu bahwa ia telah kalah dengan sosok Amu.

Hanya Amu satu-satu orang yang bisa mengisi sepenuhnya hati Ikuto. Tidak ada celah sedikit pun untuk Utau ikut masuk ke dalamnya, tidak ada.

***

Siapa yang tidak tahu Black Day? Setelah Valentine Day tanggal 14 Februari dan selanjutnya White Day tanggal 14 Maret, maka saatnya Black Day tanggal 14 April.

Berbeda dengan Valentine Day atau White Day yang menghabiskan waktu bersama pasangan masing-masing, Black Day justru berkebalikan dengan itu semua. Oleh tradisi korea, Black Day di rayakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kekasih sambil menggunakan baju hitam dan makan mie jaja hitam.

Utau tahu apa itu Black Day. Dan dia menumpahkan semua tangis dalam hatinya di hari itu, di bawah hujan yang mengguyur kota dan hari yang paling menyedihkan baginya. Utau menundukkan kepalanya lalu terduduk di tengah taman sendirian. Ia merasakan dadanya mulai berdenyut lemah, kedua tangannya terasa dingin dan mati.

"Ikuto, kau di mana? Aku mencarimu, aku membutuhkanmu."

Tubuh Utau bergetar, dan matanya mulai berkaca-kaca. Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya ia menangis tersedu-sedu. Ia telah gagal untuk menjadi sosok Utau yang selalu berkata akan baik-baik saja tanpa Ikuto, akan terus berjuang tanpa Ikuto. Tapi, kalau semua kenyataannya bukan seperti itu, apa yang harus di lakukan olehnya?

"Ikuto… Ikuto… aku butuh kamu."

Utau menutup matanya. Ia telah menyerah dengan keadaan, ia bahkan terlalu putus asa untuk bangkit kembali dan menjadi Utau yang bisa menghentakkan dunia dengan nyanyian merdunya. Bahkan, sekarang ini saja ia melupakan bagaimana caranya mengeluarkan suara emasnya kembali, istilahnya ia berantakan dan tidak tahu lagi apa yang bisa di lakukan.

"Utau?" panggil seorang.

Utau menoleh cepat dan mendapati sosok laki-laki berambut kecoklatan dengan payung di tangan kanannya, sedang menatapnya dan berusaha mengenalinya.

"Kuukai!" seru Utau.

"Ternyata itu benar kau! Hei, kenapa kau hujan-hujanan seperti ini? Kau bisa sakit kalau hujan-hujanan seperti ini." Kuukai menghampiri sosok Utau dan membantunya berdiri.

"Kau itu, ayo aku bawa kau ke rumahku dulu, kau bisa mengganti baju atau sekadar berteduh dulu di sana," lanjut Kuukai.

Utau mengangguk. Pikirannya mendadak kosong dan tak mampu berkata apa-apa, padahal ia ingin mengatakan sepatah kata "terima kasih".

"Jangan berdiri saja, ayo jalan," kata Kuukai lalu menarik Utau. Utau hanya bisa menurut dan mengikuti langkah mantan Jack di Guardian tersebut.

***

Rumah Kuukai, 14 April 2010 …

"Kakakmu kemana?" tanya Utau saat mendapati rumah Kuukai kosong, tidak riuh seperti yang di ceritakan Kuukai padanya.

"Kakakku yang mana? Pertama? Kedua? Ketiga? Atau keberapa?" tanya Kuukai lalu sosoknya menghilang di balik dapur.

"Ya… semuanya."

"Entahlah, mungkin mereka berbelanja atau pergi berjalan-jalan ke mana selama aku pergi tadi." Hanya suara Kuukai yang terdengar.

Utau mengangguk mengerti. Lalu, ia menghempaskan tubuhnya di salah satu sofa. Tak lama, Kuukai kembali dengan dua gelas teh hangat.

"Ini, kau pasti kedinginan jadi aku buatkan kau ini." Kuukai menyodorkan salah satu gelas ke Utau. Utau berusaha menolak dengan halus, namun Kuukai tetap memaksanya. Akhirnya, tangannya kanannya mengambil gelas tersebut lalu mulai menegakkan isinya sedikit demi sedikit.

"Oh iya, kau perlu berganti baju, pakai saja bajuku," kata Kuukai, "Kau bisa mengambilnya sendiri di kamarku," lanjutnya.

Utau mengangguk. "Iya, kamarmu di mana?" tanya Utau lalu menaruh gelas berisi teh yang kini tinggal setengah.

Kuukai menjawab dengan cepat letak kamarnya dan segera memberitahukan baju mana yang bisa Utau pakai.

"Baiklah, aku ganti baju dulu ya," kata Utau. Kuukai mengangguk lalu berdiri untuk mencari remote televise.

Sementara Utau mulai berjalan pergi ke kamar Kuukai.

***

Kuukai berkali-kali mengganti saluran televisinya kentara tidak menemukan acara yang bagus, semuanya berisi berita yang kurang lebih sama.

"Ngg, Kukai?"

Kuukai menoleh saat suara Utau terdengar. Kini, Utau telah menggunakan baju berwarna abu-abu lengan panjang dan celana panjang berwarna hitam—yang terlihat di lipat beberapa kali.

"Oh, pakaiannya cukup?" tanya Kuukai.

"Ya, begitulah, tapi celananya kebesaran," jawab Utau lalu menunjuk celana tersebut. Kuukai lalu tertawa kecil dan mempersilahkan Utau untuk duduk di sampingnya.

"Omong-omong, kau tadi kenapa hujan-hujanan seperti tadi? Ada masalah?" tanya Kuukai.

Utau mengangkat bahu. Tidak tahu lagi apa itu di sebut masalah aatau bencana baginya. "Ya, begitulah."

"Tentang apa? Ikuto?" tanya Kuukai lagi.

Utau tertegun dengan tebakan Kuukai yang tidak sangkanya adalah benar. Utau menundukkan kepalanya dan merasakan air matanya kembali menetes seperti tadi. Tapi, ia tidak berani menaikkan kepalanya lagi karena tidak ingin Kuukai merasa cemas atau apa pun itu.

Namun, Kuukai justru mengangkat wajahnya dan melihat dengan jelas air matanya itu. "He-hei! Kenapa kau menangis? Apa kau—ya ampun, apa aku tadi tidak sengaja menyebutkan masalahmu?" tanya Kuukai, suaranya terdengar panik.

Utau mengangguk. "Tapi tidak apa, aku sudah tidak bisa mengelak lagi akan hal itu."

Kuukai menatap Utau dengan cemas. Mata mereka berdua bertemu pandang tapi suasana membisu.

"Utau, kau tahu bukan kalau Ikuto itu saudara kandungmu?"

Utau mengangguk. "Iya, aku tahu benar akan hal itu. Namun, karena cinta, aku berusaha melupakan hal penting tersebut. Aku tetap mencintainya sampai aku sendiri yang merasa sakit, aku bodoh bukan? Ya, aku memang bodoh, sangat bodoh."

"Tidak, kau tidak—"

"Maaf Kuukai, aku harus pergi dulu. Dan lupakan saja apa yang telah kita bicarakan barusan." Utau segera bangkit sembari membawa bajunya dan berjalan ke pintu.

"Hei, Utau, tunggu!" seru Kuukai.

Terlambat, suara pintu terbuka lalu tertutup itu sudah terdengar. Utau telah meninggalkan Kuukai.

"Utau...."

***

Konser Utau, 15 April 2010 ...

Utau telah bersiap di balik panggung. "Ayo Utau, semangat, kau pasti bisa," kata Kairi Sanjo—sang manajer.

Utau mengangguk. Lalu, ia mulai melangkah naik ke atas panggung. "Semoga berhasil, Utau-chan," kata Eru.

Utau tersenyum lalu sosok menghilang dari mata shugo chara berbentuk malaikat itu. "Utau-chan pasti bisa!" seru Eru lagi.

Tiba-tiba, Eru merasakan sesuatu menyentuh pundaknya. Eru berbalik dan menemukan shugo chara dengan rambut hijau.

"Kau... Daichi bukan?" tanya Utau.

Daichi mengangguk. "Iya, dan sekarang, dia punya urusan penting dengan Utau," katanya lalu menunjuk sosok di belakangnya.

Eru sempat bingung saat sosok itu menyodorkan sebuah surat padanya.

"Bisa berikan ini pada Utau setelah dia selesai menyanyikan lagunya?"

***

Utau berhasil membawakan lagu Taiyou ga Niau yo walau matanya menerawang terus-menerus ke arah penonton, ia berharap Ikuto ada di sana. Menontonnya dan melempar senyum padanya. Tapi, doa Utau tidak terkabul, Ikuto sama sekali tidak ada.

Habislah harapannya.

Utau kembali ke balik panggung dengan wajah yang di paksakan senyumnya. Tapi, saat Eru memberikan sebuah surat padanya, raut wajahnya berangsur-angsur berubah menjadi raut kebingungan.

Untuk Utau,

Mungkin sekarang ini kau akan bingung dan bertanya-tanya siapa yang memberikan surat ini padamu. Namun, setelah ini kau akan tahu siapa pengirimnya.

Aku ingin meminta maaf padamu tentang kejadian kemarin, aku tidak bermaksud mengungkit masalah Ikuto di depanmu. Kau tidak bodoh, kau hanya terlalu mencintainya sampai melupakan fakta penting bahwa kau dan dia adalah saudara kandung dengan ikatan darah yang sama.

Tapi, tidak ada yang bisa menyalahkanmu atas hal itu. Tapi, Utau, kau harus tahu, tidak berarti tanpa Ikuto hidupmu hancur. Tidak berarti tanpa Ikuto senyummu lenyap. Kau harus belajar melupakannya walau semua butuh proses. Kalau kau tidak bisa melakukannya sendiri, kau bisa meminta bantuan orang lain. Kau bisa meminta bantuanku.

Karena aku selalu ada untukmu.

Mata Utau mengerjap-ngerjap sebentar, tidak percaya dengan apa yang di baca sekarang. Lalu, ia mengangkat wajah dan menemukan buket mawar merah di depan wajahnya.

"Surprise."

Terlihat sosok Kuukai di balik buket tersebut. "Ambillah, ini untukmu."

Utau mengambil buket mawar merah tersebut. "Arigato Kuukai, tapi untuk apa ini semua? Permintaan maafmu? Ayolah, aku tidak marah kemarin."

Kuukai menggeleng lalu bergumam, "Tidak, ini semua untuk memulai lembar baru dalam hidupmu. Seperti yang aku katakan di surat tadi, kalau kau tidak bisa melakukannya sendiri, kau bisa meminta bantuan orang lain. Kau bisa meminta bantuanku. Karena aku selalu ada untukmu."

Wajah Utau memerah tapi ia merasa ingin menangis. Ternyata memang masih ada orang yang perduli dengannya selama ini. Kenapa ia tidak pernah menyadarinya? Apa itu karena ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri tanpa memperdulikan semua perhatian yang di berikan orang lain untuknya?

"Hontou ni, arigato Kuukai... arigato...."

Utau tidak sempat menangis, karena Kuukai telah memeluknya terlebih dahulu untuk menenangkannya.

***

Di balik tirai panggung, sebuah sosok sedari tadi mengamati Kuukai dan Utau. Sosok itu tersenyum lalu bergumam pelan, "Kau telah menemukan sosok penggantiku, benar bukan, Utau?"

***

Author : Abal, ~! Hiks, hiks T.T

Tapi biarlah, aku hanya bisa pasrah dan tetap ngepublish fic yang aku kerjakan dari 2 minggu lalu—dengan berulang kali menulis, ganti plot, menghapus—dan akhirnya jadi juga!! –walaupun agak gaje sebenarnya-

Jujur, aku bener-bener ketawa-ketiwi sendiri baca Shugo Chara Encore yang isinya tentang Kuukai dan Utau yang akhirnya pacaran xDDD

THE GREATEST DATE!

Pada suatu hari yg cerah ga ada ujan, ga ada angin dan udara(?), Amu merasa seperti melayang ke luar angkasa. Gimana nggak, dia & Tadase skrng berduaan di depan taman bermain. Yup, BERDUAAN DOANG!!!

Plesbek, eh flashback kemarin…

Tadase: Semua, kalian mw ke taman bermain ga?? Aku kemarin dapet undian nih… *nunjukin tiket ke anggota guardian*

Semuanya menoleh dgn wajah berseri, maklum miskin semua, mumpung gratisan..*author dikeplak anggota guardian*

Nagi: Kalian kesini!! *nyeret Rima & Yaya, Amu & Tadase bengong*

Nagi: Kita bilang aja ikut, tapi besok ngga usah dateng!! Biar Amu & Tadase bisa berduaan… *bisik-bisik, Rima & Yaya ngangguk-ngganguk*

Amu: Perasaan gw ga enak.. (apa mungkin Ami makan sayur pete gw di rumah??!! Padahal gw kan udah nyisain bwt gw sendiri….)

Amu suka pete dari kapan??? Itu adalah salah satu misteri ilahi.. *ditendang Amu*

Yaya: Kita besok dateng kok!! Mau ada hujan badai ataupun tornado kami pasti kesana!!! *nyilangin jari di belakang*

Rima: I, Iya...!!

Tadase: Kalau begitu besok di taman bermain jam 10 ya..

Nagi, Rima, Yaya: OK!!!!

Amu: Iya.. (gw mesti cepet pulang meriksa sayur pete gw!!!!)

Sementara dari kejauhan, ada seorang cowok dari atas pohon tapi bukan monyet melainkan seorang pangeran tampan nyasar yang nggak lain dan nggak bukan adalah… PACAR GW!!!!*diinjek fans Ikuto* Iya, iya.. Cowok itu adalah Ikuto(PUAS?!), & dia lagi asik-asik nguping pembicaraan guardian, termasuk rencana Nagi. Kenapa bisa kedengeran itu bukan karena Ikuto memiliki pendengaran kucing(?), secara Nagi bisik-bisik tuh pake toa(Amu & Tadase congek siiih…*dikejar*)!!!

Ikuto: Hmm, begitu ternyata… Nggak bisa gw biarin…. *tersenyum licik yang bikin author nosebleed*

End of flashback..

Amu shock berat. Bukan, sayur petenya dirumah masih utuh kok. Tapi kenapa??? Apa lagi kalau bukan karena teman-temannya batalin janji tiba-tiba karena alasan gaje, entah dari Nagi yang rambutnya nyangkut ke cula badak, Yaya yang tiba-tiba mules sampe ga keluar dari WC 24jam, hingga Rima yang keracunan jengkol kadaluwarsa. Padahal mereka lagi asik-asiknya maen monopoli di rumah Nagi(permainan murah meriah, pada bokek soalnya…)

Tadase: Amu, kita udah bengong disini selama 14menit & 7detik, daripada tiketnya ga dipake kita masuk berdua aja yuk…

Ikuto: Iya, lagian tiket lebihnya kasih gw aja…

Tadase: Iya, benar apa kata Ikuto nii-san...

………………

Amu, Tadase,Author: GYAAAA~!!!!!(Amu: Kenapa ada satu makhluk ikutan??!!)

Amu: I,Ikuto..!! Sejak kapan disini???

Ikuto: Sekitar 10 detik yang lalu. Kenapa?

Amu: Siapa yang nanya??!!(author: kamu sendiri bego..)

Tadase: Sudahlah, Amu.. Ikuto nii-san boleh ikut kok…

Ikuto: Yah, sebagai balasannya gw akan belikan ice cream, ayo Amu..!!*narik Amu*

Amu: EEh?! Aku tunggu aja disini bareng Tadase!!!

Ikuto: Gimana aku bisa bawa 3 ice cream sekaligus???

Amu: Iya juga sih..(amu mendadak bego yah...*dijitak*)

Akhirnya Amu ngalah, daripada ga dibeliin ice cream. RUGI!!!

Ikuto: Pesan 2 ice cream coklat & 1 ice cream vanilla..

Staff: Ini pesanan anda. Terima kasih!

Amu: Tadase dimana sih???

Tadase: Amu, Ikuto nii-san! Disini!!

Amu: Kenapa sih??

Tadase: Itu… *nunjuk ke arah panggung*

Di taman bermain itu ada sebuah panggung besar bertuliskan "LOMBA MAKAN RAMEN". Kalian pasti sudah bisa menebak siapa yang ada disana, kalau nggak tau ya udah*plaak!*. Diantara peserta ada Kukai & Utau, ada juga Author yang nekat ikutan(amu: kenapa di fic ini ada banyak penampakannya sih??).

Utau: Gw ga bakal kalah sama cowok kayak lu!!!

Kukai: Siapa takut??!!

Author: Lumayan, makan gratis(?)…

Perlombaan dimulai. Author dengan cepat kalah saat menyadari kalau tuh ramen 1mangkok pake cabenya 3mangkok(amu: makanya, belagu sih...). Utau & Kukai makan dengan kecepatan luar biasa, melebihi kecepatan manusia normal*dibakar*!!! Pada akhirnya nggak ada pemenangnya. Soalnya bahan ramennya abis duluan ama tuh 2 makhluk. Jadilah mereka suami istri, eh seri….

Utau: Cih, gw ga sudi ini seri!! Kita ulang lombanya lain kali!!!

Kukai: Sama! Gimana kalau kita ke toko ramen XXX, disana juga ada lomba makan!!!

Utau: OK!! Gw berani!!!!

Bagaimana reaksi ketiga tokoh utama yang dari tadi terabaikan??? Mereka langsung kabur, terutama Amu. Amu takut dia ga pulang dengan selamat kalau ketahuan Utau dia lagi bareng Ikuto. Ntar kalau dimutilasi sama cewek yang brother complexnya kelewatan itu bisa gawat, dia belum bikin surat wasiat soalnya.. (utau: WHAAT?!)

Tapi sepintar-pintarnya Amu merayap di dinding(?), pasti bakal jatoh juga(amu: emang gw cecek?!). Sewaktu kabur, Amu kepeleset kulit duren(emang bisa??), terikannya yang setara dengan toa mesjid bikin Utau nyadar.

Utau: A,Amu?! Kok bareng Ikuto???

Amu: Gawat..

Utau: Jawab pertanyaanku!!!

Amu: *narik Ikuto & Tadase* KABUUUR~!!!!

Utau: TUNGGUUU!!!!

Akhirnya mereka kejar-kejaran ala kuch kuch hota hai yang dicampur aduk ama bencana 2012. Setelah berusaha sampai titik darah penghabisan(halah), akhirnya mereka lolos dari macan betina haus darah itu(utau: ini author minta dicekek!). Mulailah mereka bermain dengan damai & sejahtera sampe akhir hayat(?).


Tanpa terasa hari sudah sore, itu karena author males ngetik hal yang ngga penting sih… Tiba-tiba handphone Tadase berdering. Lagunya Doraemon lhoo.. (tadase: emangnya kenapa?? Cita-cita gw pas kecil kan jadi doraemon tau!!!)

Tadase: *ngangkat handphone* Halo?? … APA???!!! Iya, aku langsung pulang!!!

Amu: Kenapa?

Tadase: Ibuku diopname gara-gara kepeleset kulit pisang!! Gw mesti cepet pulang, duluan yah!!!

Ikuto: … (Waduh, tuh orang pasti kepeleset kulit pisang yang gw buang kemaren pas maen kesana. Diem aja ah..)

Jadilah Amu & Ikuto tinggal berdua. Tiba-tiba Ikuto narik tangan Amu..

Ikuto: Kita naik bianglala yuk!

Amu: Eh?! Tapi..

Ikuto: Kenapa?? Kamu gugup kalau berduaan ama cowok???

Amu: Bukan.. Maksud gw bayarin yah, duit gw tinggal sisa ongkos nih…..

Ikuto: Kirain.. (Tapi dari tadi kan dibayarin, lagian jarak rumah dia ama taman bermain kan deket, tinggal jalan kaki… Gw curiga dia ga bawa duit sama sekali….)

Amu: (moga-moga dia ga tau gw ga bawa duit, emang niat gw minta ditraktir soalnya, hehe…)

Yah, pokoknya lupakanlah masalah Amu yang bokek itu. Amu & Ikuto akhirnya naik bianglala.

Amu: WOOW, bagus banget dari atas sini!!! (orang udik yang baru naik bianglala nih..*dicekek*)

Ikuto: Amu, jangan gerak-gerak dong..

Amu yang saking udiknya lompat-lompatan di sana. Terlalu semangatnya, sampe ga ngeliat kulit pisang di lantai (ini bukan Ikuto, tapi author yang lempar! Hehe!!) ;P

Ikuto: AMU!! *nangkep Amu, tapi posenya meluk(silahkan bayangkan!)*

Amu: … *blushing gara-gara mukanya deket banget ama Ikuto* M, makasihhh… Sekarang lepasin gw dong….

Ikuto: *ngeliat muka Amu lebih deket, lalu nyium kening Amu!!!*

Amu: I, Ikuto..!! *kaget tapi ga nolak tuh..*

Ikuto: Aku mencintaimu.. *author meleleh*

Amu: A,aku…

Ikuto: Nggak perlu dijawab sekarang kok.

Amu: … *blushing(again)*


Beberapa tahun kemudian(author males lagi ketiknya).. Disebuah ruangan seorang cewek berambut pink sedang bersiap-siap. Dari kelakuannya terlihat sekali dia sedang gugup. Masuk seorang pria yang mengenakan jas berwarna putih. Rambutnya berwarna hitam kebiruan. Pria yang kita ketahui adalah Ikuto..

Ikuto: Amu, sudah siap..?

Amu: I, Ikuto! Ng, kamu kelihatan aneh dengan baju berwarna putih…

Ikuto memang jarang memakai pakaian berwarna cerah. Tapi hal ini tidak mengurangi daya tarik pria itu. (ya iya, laah!!)

Ikuto: Yah, untuk hari ini saja… Kau juga nggak pantas pakai gaun itu…..

Amu: EEH??!! Masa sih????*panik*

Ikuto: Bercanda. Kau selalu cantik memakai apapun.. *tersenyum*

Amu: Uuuh.. Kamu memang nakal ya!!!

Ikuto: Sudahlah, ayo!

Ikuto pun menggandeng Amu menuju ruang upacara pernikahan.


Perhatian!! Penutup ini rada lebay, jadi jangan nyesel kalo udah baca!! Eh, tapi baca aja juga ga apa-apa deh~ hehe *BUAGH!!*


Me: U,Ukh…

Dokter(entah dari mana): Kondisinya sudah sangat parah. Hidupnya sudah tidak bisa bertahan lama lagi.

Amu: Tolong jangan mati dulu, lu punya utang sama gw yang belum dilunasin.. *nangis air mata(buaya)*

Me: A,Amu.. Walaupun gw mati tolong lanjutin fanfic ini ya….

Amu: Lu tau sendiri gw ini TK aja ga lulus(?)!! Gw ga bisa ngetik tau!!! Jangan mati!!!!!

Akhirnya author yang malang ini akan melanglang buana ke surga(amu: bukan ke neraka??). Nyawanya udah sebagian keluar, sampe tiba-tiba pintu terbuka.

Ikuto: Amu, kenapa ada syuting gaje disini??

Me: IKUTOO~!!!*nyawa balik lagi(gimana caranya?) & senyum-senyum gaje* Kamu nyariin aku??? Kyaa,kita kencan yuk!!*nyeret Ikuto*

Akhirnya Author & Ikuto hidup bahagia selamanya(???). (fans ikuto: udah siap buat ngebunuh athornya??!!)

REVIEW PLEASEEEE~!!!!!

Story Of Guardian - Part 4

*Happy Reading and... Here We Go!!!*

Disclaimer: Shugo Chara punya Peach-Pit tapi Ikutonya punya ku ya..? *nodongin pistol air ke Peach-pit*, komputernya minjem punya orang.

Summary: Nagihiko mengatakan rahasia yang selama ini di sembunyikannya dari Amu. Bagaimanakah reaksi Amu begitu Nagihiko memberitahunya?

Warning: OOC, garing, gak lucu sama sekali, campur aduk, ada OC narsis bin lebay, gak suka jangan baca tapi wajib review ya... *nyembunyiin pentungan di punggung*

.

Story Of Guardian~

Author: YuiTakara Imanichi~

.

Chapter 4

"Tunggu dulu! Yui, apa maksudmu berdandan ala cewek? Nagihiko kan cowok," tanya Amu heran.

"Oh ya, kamu kan belum tau kalau sebenarnya Nagihiko itu adalah Na-.... Hmmpppph!!" Nagihiko membungkam mulut Yui dan menyeretnya agak jauh dari kerumunan. Semua yang ada di sana sweatdropped.

"Yui, apa maksudmu? Kau mau membongkar 'semuanya' , hah!?" bisik Nagihiko menekan kata 'semuanya'.

"Memangnya kenapa? Kau takut di bilang abnormal karena menjalani hidup bersama Amu sebagai cewek?" tanya Yui yang udah terlepas dari tangan Nagihiko yang sudah menutup mulutnya. Nagihiko mengangguk. (dan bisa dibilang tangan Nagihiko bau banget karena kain pel yang dikasi' Tadase *dikubur Nagihiko*

"Kamu kan punya alasan berdandan ala cewek. Nggak apa-apakan. Lagian kau kan gak sampai mandi sama-sama, Cuma ganti baju doang kan," kata Yui dengan nada seyakin-yakinnya.

"Tapi..."

"Nagihiko, udah waktunya kau harus jujur. Kalau gak sekarang, kapan lagi Amu harus tau kenyataan," ujar Yui berkaca-kaca (serius mode: ON)

"Haah,, baiklah. Tapi kau harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu!" ujar Nagihiko sambil memberikan deathglare. Tapi itu gak mempan sama Yui.

"Eeeehhh..... kenapa gue yang harus tanggung jawab? Yang salahkan, elo sendiri!" protes Yui (serius mode: ON *Hancuuuurrrrr...*).

"Tapi elo kan yang bongkar rahasia orang! Berarti, elo yang harus tanggung jawab!" ujar Nagihiko nyolot.

"Uuuuhh, iya, iya! Kenapa gue mulu yang jadi korbannya?!" ucap Yui kesal dan menyenandungkan kekesalannya. "Mengapa harus aku yang mengalah.... tak pernah kah kau berpikir... sedikit tentang hatiku.." senandung Yui pake lagunya seventeen band yang judulnya 'selalu mengalah' yang di lebay-lebayin plus berlinangan air mata(?).

Nagihiko mau tak mau sweatdropped ngedengar nyanyian Yui yang terlalu lebay menurutnya.

"Cepetan!!" protes Nagihiko gak sabaran.

"Yeeee, padahal dia sendiri yang gak mau rahasianya dibongkar tapi sekarang malah dia yang gak sabaran rahasianya di bongkar." Gumam Yui heran dan langsug menuju ke tempat Amu dan kawan-kawan.

"Woi, Amu-chi!!" panggil Yui yang berlagak kayak preman pasar.

"What's up baby?" tanya Amu centil (idiiiih, Amu kecentilan. Gak jadi pake! 'Ralat!').

"I, iya," jawab Amu kaget (nah, ini baru pas! *manggut-manggut*), (readers: gak pas! Gak pas! Bagusan yang tadi! *langsung nimpuk Author pake sandal bekas*)

"Aku ingin tanya, apa kau merindukan Nadeshiko?" tanya Yui yang udah kembali normal (emang gue gila!?).

"I, iya. Apa kau tau sesuatu tentang Nadeshiko?" tanya Amu was-was.

"Ya iyalah gue tau! Secara gitu gue tau dimana dia sekarang.," kata Yui dengan kepedean tingkat tinggi.

"Eh, dimana? Dimana? Dimana Nadeshiko?" tanya Amu berkaca-kaca.

"Disini! " jawab Yui singkat padat dan gak jelas (?).

"Disini?" sahut Amu heran seraya nyari Nadeshiko di kolong meja, dibawah kursi, didalam pot bunga, dibawah karpet... (halah Amu! Kebangetan bego'nya. Ngapain coba nyari Nadeshiko dibawah karpet and didalam pot bunga, lo kira Nadeshiko itu tikus kayak Jerry ya... *digebukin FC Amu*).

"Ngapain geledah karpet and ngeliatin dalem pot? Orangnya disini Amu-chi.. tuh orangnya," ujar Yui sambil nunjuk Nagihiko, soalnya prihatin banget ngeliatin Amu geledah barang-barang yang tak berdosa (?).

Amu reflek ngeliatin orang yag ditunjuk Yui dan langsung mengeluarkan sabda..

"Ya ampun,,, Yui becandanya kelewatan deh. Itu gak mungkin banget, walaupun mirip tapi Nagihiko itu kembarannya Nadeshiko!" ujar Amu tertawa geli. Nagihiko tertunduk, tapi akhirnya angkat bicara dan berhadapan dengan Amu.

"Nggak Amu-chan. Apa yang dikatakan Yui itu benar. Aku adalah Nadeshiko, dan nama asliku adalah Nagihiko Fujisaki..." ucap Nagihiko serius. Amu terlihat terkejut.

"Kau bohongkan Nagihiko..? Kenapa kau berkata seperti itu, kalaupun itu benar, kenapa kau menyamar jadi perempuan?" tanya Amu yang kelihatan shock.

"Itu karena..." Nagihiko menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Yah mau gimana lagi, itu adalah tradisi keluarga Fujisaki, dimana anak laki-laki diharuskan menjalani kehidupan sebagai anak perempuan untuk mempelajari tarian perempuan." Jelas Yui.

"Kenapa.. kenapa Nagihiko? Kenapa kau tidak memberitahuku.." Amu mulai terisak.

"Maaf Amu-chan.. aku tidak bermaksud.. EKH!!??" Nagihiko terkejut ketika Amu memeluknya.

"Huwaaa, Nagihiko...!!!" Amu menangis dalam pelukan Nagihiko. Semua prihatin melihat Amu. (Woi!! Ini kan fic humor! Kok jadi fic melankolis sih?? *ditendang AmuNagi gara-gara mengganggu*)

"Uuuhh, Yaya nggak suka suasana kayak gini!" gerutu Yaya sambil menyiapkan ancang-ancang (dikate lomba lari kali?). pake count down.. 3... 2... 1....

"HUWAAAAA!!!!" semua kaget begitu ada teriakan (ato tangisan).

"Dasar pengganggu!" gumam Yui kesal.

"Yaya, ke-kenapa?" tanya Amu heran dan menghampiri Yaya yang lagi nangis guling-gulingan (?)

"Amu-chi gak boleh nangis! Yang boleh nangis itu cuma Yaya! Huwaaaa..." rengek Yaya. Semua yang ada disana sweatdropped. 'nangis aja kok direbutin?'

"Udah, udah! Stop acara mengharukannya! Kita lanjutin acaranya sekarang!!" perintah Yui kesal. Semuapun pada nurut dan langsung duduk di tempat masing-masing kecuali satu orang.

"Uuuuhh, Yaya di cuekin!" gerutu Yaya kesal seraya ikutan duduk di tempatnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau dan King gak nolak aj sih pake rok?" tanya Rima membuka acara.

"Aduh Queen! Jangan bahas itu lagi deh," prote Kukai malu.

"Soalnya waktu Tadase bilang Nagihiko bercanda nyuruh mereka pake rok, Nagihiko ngomong 'jadi selama ini apa yang kulakukan dianggap candaan ya. Hmm... berarti hidupku adalah olok-olok'. Karena Tadase takut ma Nagihiko, jadilah mereka pake rok dan royal cape cewek." Jawab Yui panjang x lebar = luas (horee!! Luasnya ketemu!).

"Dasar sensitif!" ucap Rima langsung il-feel.

"Terserah katamu deh!" sahut Nagihiko cuek.

"Ya udah deh, sekarang gilirannya Rima," kata Yui.

"Sekarang giliranmu, Queen!?" ucap Nagihiko menyindir.

"Huh! Aku nggak peduli. Lagipula aku nggak punya rahasia," kata Rima membuang muka.

"Yang bener tuh, Rima-tan? Ah, nggak! Penggemar berat leluco komik bara Balance!" kata Yui dengan nada jahil.

DEG!! Semburat merah mnghiasi wajah Rima.

"Bagaimana kau tau!?" tanya Rima heran plus malu.

"Karena.....?"

.

.

~Tsuzuku~

Akhirnya selesai juga. Gomen minna-san, Yui lagi gak ada ide buat ngelanjutin nih fic jadi kependekkan deh. Hmm.. ada yang nyadar gak ya kalo sebagian adalah rahasia umum dalam manga Shugo Chara..?

Untuk sementara waktu, Yui bakal SEMI-HIATUS dulu karena banyak tugas yang harus dikerjakan. PLEASE REVIEW YAAA!!!

.

Salam Cute...

Yui Takara Imanichi ^^v

Story Of Guardian - Part 3

*Happy Reading and... Here We Go!!!*

.


Disclaimer: Shugo Chara punya Peach-pit bukan punya Author, termasuk Ikutonya. Hiks.. hiks.. (lebay!!)

Summary: Utau mendapatkan beberapa lembar foto dari seseorang dan terbongkarnya rahasia salah satu Guardian. Apakah pembongkaran rahasia itu akan berjalan dengan lancar?!

Warning: OOC, gaje, garing, gak lucu sama sekali, campur aduk, ada OC narsis bin lebay, gak suka jangan baca tapi review yang banyak ya??

.


.

Story Of Guardian

Author: Yui Takara Imanichi

.

Chapter sebelumnya, Utau mendapatkan foto dari seseorang yaitu Yui. Foto apakah yang di berikan Yui pada Utau...?

.

Chapter 3

.

"Kyaaa!! Foto Ikuto waktu tidur, keren banget!?!?" teriak Utau sambil jingkrak-jingkrakan gaje terus duduk dekat kuda-kudaanya Yaya sambil senyum-senyum gaje yang membuat semua penghuni Royal Garden yang ada disana serempak sweatdropped.

"Huh, taktik pengusiran sukses besar!" ucap Yui yang disambut sweatdropped para Guardian dan Ikuto.

"Sepertinya... aku pernah liat kejadian ini deh?!" kata Amu yang merasakan dejavu.

"Ya iyalah kamu emang pernah liat kejadian ini! Aku kan nyontek cara Nadeshiko waktu nyuap kamu jadi Guardian pake' fotonya Tadase!?" ujar Yui yang masih meluk Ikuto.

"Eh, beneran nih?! Jadi, Hinamori nerima jadi Guardian karena foto ya?" tanya Kukai polos.

"Itu nggak bener!! Walaupun Nadeshiko nyogok, aku nggak nerima kok!?" bantah Amu dengan muka merah padam.

"Terserah kamu aja deh!? Aku mau kencan sama Ikuto dulu, daah..." kata Yui sambil nyeret Ikuto keluar Royal Garden.

"Eh, tunggu!! Katanya mau bongkar rahasia Yaya? Kok nggak jadi sih!?" tanya Yaya memelas sambil menghadang Yui yang mau keluar.

"Kapan-kapan aja deh?! Sekarang aku pengen kencan sama Ikuto!" sahut Yui cuek.

"Hwaaa!!! Nggak boleh!! Yaya pengen sekarang!! Huaaa!!" rengek Yaya ala bayi merengek.

"A, aduh Yaya, jangan nangis? Iya deh, aku akan bongkar rahasia Yaya sekarang!" kata Yui menenangkan Yaya. (jadi merasa baby sitter nih? -.-" )

"Janji?" tanya Yaya yang udah mulai tenang dari tangisannya.

"Iya, iya! Haah.. aku memang lemah kalau soal beginian.." kata Yui pasrah kayak Ibu yang lagi nenangin anaknya. (halah!!)

"Ketauan banget bo'ongnya?" pikir Amu dan yang lainnya.

Nah, jadilah mereka duduk di lantai beralaskan tikar seadanya dan membuat lingkaran besar, lingkaran kecil, lingkaran besar.. (eh, kok malah nyanyi?). Terus kenal-kenalan deh sama Yui. (kelamaan kalo ngetiknya).

Urutan duduknya yaitu: Yui, Ikuto, Utau, Kairi, Nagihiko, Rima, Amu, Tadase, Kukai, dan Yaya dan lanjut ke Yui...

"Oke! Yang pertama Yaya ya?" kata Yui membuka acara.

"Yeay!! Akhirnya giliran Yaya nih!" sahut Yaya bersemangat.

"Iya.. tapi, mungkin nggak terlalu banyak sih? Soalnya rahasia Yaya udah banyak diketahui yang lain.." kata Yui.

"Nggak apa-apa! Bongkar aja!" kata Yaya polos plus mata berkaca-kaca.

"Oke! Yaya punya adik yang namanya Tsubasa kan?" tanya Yui. Yaya mengangguk.

"Sebenernya gak bisa disebut rahasia juga sih? Intinya, Yaya Cuma iri sama Tsubasa dan pengen ningkatin teknik ala bayi, itu aja! Yang sisanya Cuma manja-manja doang!" kata Yui santai.

"Uwaaa, keren!!??" sahut Yaya berkaca-kaca (gitu aja dibilang keren?).

"Terus selanjutnya Kukai. Kukai punya..." ucapan Yui terputus begitu ada yang memotong pembicaraannya.

"Tunggu!! Yui, bisa nggak ngasih taunya jangan peluk-peluk Ikuto terus?!" protes Amu yang kesal dari tadi ngeliat Yui peluk Ikuto terus.

"Kenapa? Cemburu ya? Nggak apa-apakan, lagian Ikuto juga nggak nolak!" kata Yui santai dan masih tetep keukeh meluk Ikuto.

"Bu, bukan gitu?! Cu, Cuma..." Amu blushing.

"Jadi kamu cemburu ya?" tanya Ikuto jahil.

"Ng, nggak!" bantah Amu yang mukanya semakin memerah.

"Bilang aja kalau kamu cemburu?" tambah Ikuto semakin menggoda.

"Nggak!! Aku nggak cemburu!!" bantah Amu bersikeras, padahal mukanya udah merah kayak kepiting rebus tuh.

Yui yang udah bosen dicuekin sama Ikuto dan Amu akhirnya angkat bicara.

"Udah ah! Berdebat nggak ada ujung pangkalnya. Sono pergi!!" usir Yui yang dengan nistanya nendang Ikuto ke arah Amu tapi....

KYAAA!!!

BRUUKK!!

CUP!

Ikuto jatuh dengan posisi menindih Amu yang ada dibawahnya dan nggak sengaja ciuman!!

WAOWW!!??!

Semua penghuni Royal Garden pada cengok ngeliatin Ikuto yang masih mendaratkan bibirnya ke bibir Amu.

Yui yang udah kesel ngeliatin Ikuto yang nggak bangun-bangun akhirnya nendang Ikuto.

"Woi! Malah keenakan? Kalo mau ciuman, diluar sono!? Ganggu acara gue aja!" protes Yui.

Amu yang baru kembali dari bawah alam sadarnya kaget atas kejadian itu.

"Kyaaa!!! Ikuto, apa yang kamu lakuin tadi?" tanya Amu histeris gaje plus malu.

"Amu-chi, telat lo sadarnya?" kata Yui heran plus prihatin.

"Dasar Yui!? Padahal lagi tanggung tuh tadi?" protes Ikuto.

"Idih!? Emang apa peduliku? Cepetan duduk sono, biar cepet selesai nih acaranya!" ujar Yui. (kemana rasa cintaku pada ikuto pergi? *halah lebay!*)

Ikuto Cuma nurut dan duduk di sebelahnya Amu (setelah nyingkirin yang duduk disebelah Amu tentunya)

"Amu, nanti kita lanjutin yang tadi ya?" bisik Ikuto. Amu langsung blushing.

"Udah bisik-bisiknya? Soalnya sekarang giliran Kukai nih?" kata Yui memberi pengumuman.

"Wah, sekarang rahasiaku dibongkar ya?" sahut Kukai.

"Iya.. aku nggak tau ni bener atau nggak tapi... Kukai kasian banget?" ujar Yui prihatin dan menitikkan air mata keibuannya (?).

"Whatever?"

"Soalnya, walaupun Kukai punya empat kakak cowok tapi dia itu cuman dijadiin kacung doang!" kata Yui pasrah tambah iba plus prihatin.

"APAAA!!! EMPAT KAKAK!??!!" teriak para Guardian kaget kecuali Tadase, Ikuto dan Utau.

"Berisik!? Dari tadi teriak-teriak mulu, gue kan lagi konsentrasi liat foto Ikuto?" gumam Utau kesal sambil menekuni kembali kegiatannya.

"Kok aku nggak tau kalau Kukai punya empat kakak?"ujar Amu bingung.

"Kukai!! Kok nggak beritau Yaya sih?" rengek Yaya.

"Sorry, sorry! Aku lupa sih, ha ha ha.." sahut Kukai polos.

"King? Kamu udah tau ya?" tanya Nagihiko pada Tadase karena dia satu-satunya Guardian yang nggak ikutan teriak gaje.

"Ya, begitulah. Soalnya aku pernah mampir ke rumahnya Souma." Tadase menjelaskan.

"Kapan?" tanya Nagihiko penasaran.

"Waktu Tadase kabur dari rumah Amu begitu tau Ikuto nginep di rumah Amu selama 3 hari. Lalu kabur ke taman terus duduk di ayunan lalu ketemu Kukai yang baru pulang belanja terus di ajak ke rumahnya!" jawab Yui panjang lebar (luasnya mana? Lagian jawaban orang kok di serobot?)

"Eh! Kok tau sih?" sahut Tadase malu.

"APA!? Amu, kapan Ikuto nginep?" interogasi Utau (kayak polisi aja? -.-" )

"Eh, i, itu..."

"Waktu hari dimana Amu ketemu Nagihiko di sekolah yang lagi pake' royal cape, habis itu waktu Amu mau tidur ada Ikuto di sebelahnya. Oh ya, besoknya waktu Amu masuk di Royal Garden, ada Tadase dan Kukai yang di paksa pakai rok sama Nagihiko!" ujar Yui.

"Uwaaa!!! Kenapa itu juga di bongkar sih???" protes Kukai malu.

"Eh?! Kamu sama King pakai rok?" tanya Rima heran plus sweatdropped.

"Uwaaa, jangan dibahas lagi!? Itu pengalaman paling memalukan bagiku?!" Kukai pundung di semak-semak dan meringkuk kayak bola sepak (?).

"Hei! Kenapa kamu maksa King dan Kukai pakai rok sih?" tanya Rima.

"Hmm, gimana ya? Itu ra-ha-si-a?" jawab Nagihiko tersenyum misterius. Rima kesal dan cemberut.

"Hei, Yui!! Cepat bongkar rahasia penipu ini!?" perintah Rima kesal sambil nunjuk-nunjuk Nagihiko. Nagihiko sweatdropped.

"Soal rok yang tadi ya? Sebenernya ini gara-gara Kukai juga sih, dia nanya 'gimana rasanya pakai rok?'. Nagihiko tersinggung terus bilang 'karena aku selalu melakukannya dengan sungguh-sungguh. Aku nggak suka kalau berdandan ala cewek dijadikan olok-olok. Kalau penasaran, coba aja?' gitu kata Nagihiko!" ujar Yui panjang lebar lagi (luasnya masih belum ketemu?).

"Cuma itu doang?" tanya Rima kecewa padahal pengen tau lebih banyak rahasia lagi.

"Nggak juga sih, sebenernya masih ada lagi," kata Yui.

"Tunggu dulu! Yui, apa maksudmu berdandan ala cewek,Nagihiko kan cowok?" tanya Amu heran.

"Oh ya, kamu kan belum tau kalau sebenernya Nagihiko itu adalah Na....."

.

.

~Tsuzuku~

.

Yui: Akhirnya, setelah bertapa di gunung Rinjani selama 2 minggu, nggak makan dan minum gara-gara nyasar waktu kejer Amu, Ikuto, dan Utau, akhirnya YUI COME BACK!! *di lempar sepatu*

Rima: Lama banget sih? Kita dari kemarin nungguin tau? *nodongin payung lapuk (?)*

Yui: Ngapain nungguin gue? Siapa yang nyuruh? *pasang tampang innocent*

Kukai: Lho?! Bukannya elo yang nyuruh kita nunggu?

Yui: Kata siapa?

Kukai: Kata Yaya! *nunjuk Yaya yang baru datang*

Yaya: Yui-chaaann!! Yaya udah bawain reviewnya nih sekalian bawa korban buat bales reviewnya!? *sodorin kertas*

Yui: Thanks Yaya! Woi! Ni balesin reviewnya dulu, kalian berdua korban yang dibilangin sama Yaya kan? *ngebagiin kertas*

Rima: Dasar Author rese'!! *gebukin Yui pake payung lapuk*

Yui: Kyaaa!!! *tepar*

Kukai: Ok deh, gue bacain review dari reiyu chan. Selamat!! Anda telah benar menebak orang gaje! Hehe... oh ya, Authornya bilang moga cepat sembuh. *dapet contekan yang disodorin Yui*

Yaya: Giliran Yaya sekarang! Dari miu, miu, Miuvizle Milkharu, ini udah di update, ini udah di update! *ikutan teriak dari jauh*

Rima: Gue bacain review dari Ichikawa Ami , ceritanya emang makin gajhe, gak nyambung banget lagi, sama kayak Authornya. Request Ikuto? Gue nggak mau, kalo ada dia Amu bakal diambil. *nangis-nangis lebay*

Yui: Yeee, gue tetep pengen munculin Ikuto tau. Pegi cana!? *ngusir Rima*

Rima: Dasar Author nyebelin!?

Yaya: Yaya lagi ya? Dari ruki4062jo, terlalu pendek ya? Kalo chapter ini gimana?!!

Kukai: Udah selesai ya? Yaya, kita pergi yuk? Aku traktir es krim! *ngacir*

Yaya: Es krim? Yeay!! *ngacir bareng Kukai*

Yui: Gomen kalo pendek and REVIEW YANG BANYAK YAA!? *teriak pake toa*

Pengikut